-->
w
| Tentang | Ketentuan| Privacy & Policy | Disclaimer | | Alamat : Jalan Desa Harapan Sudirman No. 71A Duri Riau 28884 |
| ☎ Call / Chat Wa : 0853 6582 0822 | ✉ Email :admin@duririau.com |

Kami menjual Rumah Siap Huni, Kaplingan Strategis, juga menerima Borongan Bangunan




Harga Promo Khusus Member, Ayo bergabung, S & K Berlaku



Popular Post

Minggu, 14 September 2025

SUDUT MEMANDANG ORANG


Salah seorang Tokoh yang Saya Kagumi 😊

Potret mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Kyai Haji Agus Salim saat sedang iseng bermain kartu remi.
Foto ini diperkirakan diambil antara tahun 1947 - 1953 oleh fotografer Charles Breijer.

Foto ini bisa dijadikan ujian cara berpikir kita untuk berpendapat, apakah kita sosok yang mudah terprovokasi atau tidak.
Harus diakui, mayoritas dari kita, mungkin termasuk saya sendiri, cenderung berpikiran simpel dan faster ketika melihat sesuatu.
Ini yang mengakibatkan permainan kartu remi mempunyai imej negatif yang dikaitan dengan perjudian. Padahal kartu remi pada awalnya hanyalah sebuah permainan seperti permainan lainya yang hanya dijadikan sarana dalam perjudian.
Nah..ketika kita melihat fakta foto ini, kita harus mengolah cara berpikir kita, siapa yang bermain kartu remi dalam foto tersebut.
Haji Agus Salim adalah seorang tokoh nasional yang bukan hanya seorang diplomat, tapi juga seorang ulama dan tokoh agama yang disegani masyarakat.
Apakah sesimpel itu kita berpikir beliau bermain judi hanya karena bermain kartu remi.?
Emas walaupun berada ditumpukan kotoran dia akan tetap bernilai emas, dan sebalinya, kotoran walau ada ditumpukan emas tetap akan menjadi kotoran.

www.duririau.com

Jumat, 05 September 2025

TRICK PENGUASA


48 HUKUM KEKUATAN.

Sebuah buku yang ditulis oleh Robert Greene yang menawarkan Serangkaian Strategi untuk Mendapatkan dan Menjaga Kekuasaan dalam berbagai situasi. Berikut ini saya beri ringkasan 48 Hukum tersebut:

1. Jangan melebihi bosmu. Biarkan atasan merasa lebih hebat dari kamu.

2. Jangan terlalu percaya teman, manfaatkan mantan musuh. Teman bisa menusuk, musuh yang kamu menangkan biasanya lebih setia.

3. Simpan niatmu. Jangan biarkan orang lain tahu rencanamu.

4. Bicara secukupnya. Terlalu banyak bicara bisa merugikanmu.

5. Jaga reputasi. Itu modal utama kekuasaanmu.

6. Cari perhatian. Jangan sampai dilupakan orang.

7. Gunakan tenaga orang lain. Biarkan mereka kerja, kamu ambil hasilnya.

8. Buat orang mendekatimu. Jangan mengejar, biarkan mereka yang datang.

9. Buktikan lewat tindakan, bukan debat. Orang lebih percaya hasil.

10. Jauhi orang sial. Kesialan mereka bisa menular ke kamu.

11. Buat orang tergantung padamu. Kalau mereka butuh kamu, kamu berkuasa.

12. Gunakan kebaikan secara selektif. Ketulusan bisa jadi senjata.

13. Saat minta bantuan, tunjukkan keuntungan buat mereka. Jangan hanya berharap belas kasihan.

14. Jadilah teman, tapi bertindak seperti mata-mata. Ambil informasi tanpa mereka sadar.

15. Hancurkan musuh sampai tuntas. Jangan beri kesempatan balas dendam.

16. Gunakan ketidakhadiran. Kadang, jarak membuat orang lebih menghargaimu.

17. Buat orang lain tebak-tebakan. Ketidakpastian bikin kamu sulit dilawan.

18. Jangan mengurung diri. Terisolasi bikin lemah.

19. Kenali siapa lawanmu. Jangan salah pilih musuh.

20. Jangan terikat pada siapa pun. Jaga kebebasanmu.

21. Tampak bodoh untuk menjebak yang licik. Biarkan mereka meremehkanmu.

22. Menyerah sementara bisa jadi strategi. Kadang kalah dulu, menang belakangan.

23. Fokus pada satu hal. Jangan buang energi ke banyak arah.

24. Jago bersandiwara. Jangan tunjukkan semua kartu.

25. Ciptakan dirimu sendiri. Jangan biarkan orang lain menentukan siapa kamu.

26. Jangan kotor tanganmu. Biarkan orang lain disalahkan.

27. Mainkan kebutuhan orang. Penuhi keinginan mereka untuk dapat kesetiaan.

28. Berani bertindak. Keraguan bikin lemah.

29. Rencanakan sampai akhir. Biar nggak kena kejutan.

30. Buat semua terlihat mudah. Sembunyikan usaha kerasmu.

31. Kontrol pilihan orang. Biarkan mereka memilih, tapi dari opsi yang kamu tentukan.

32. Manfaatkan fantasi orang. Tarik emosi mereka lewat mimpi-mimpi.

33. Cari kelemahan orang. Semua orang punya titik lemah.

34. Bersikap berwibawa. Penampilan kuat menambah kekuasaan.

35. Pahami waktu yang tepat. Jangan terburu-buru, jangan terlambat.

36. Abaikan hal yang tak bisa kamu dapat. Jangan terobsesi.

37. Gunakan pertunjukan dan drama. Orang suka tontonan.

38. Pikir sesukamu, tapi jangan tunjukkan terang-terangan. Jangan melawan arus secara terbuka.

39. Buat orang lain emosi. Saat marah, mereka lebih mudah salah.

40. Jangan tergiur yang gratis. Biasanya ada harga tersembunyi.

41. Jangan meniru orang hebat. Buat jalanmu sendiri.

42. Jatuhkan pemimpin, pengikutnya akan bubar. Fokus pada kepala, bukan ekor.

43. Taklukkan hati orang. Kuasai pikiran dan emosi mereka.

44. Gunakan cermin. Tiru mereka untuk membuat bingung.

45. Bicara perlunya perubahan, tapi pelan-pelan. Jangan bikin orang kaget.

46. Jangan terlihat terlalu sempurna. Kesempurnaan bikin iri.

47. Tahu kapan berhenti. Jangan serakah setelah menang.

48. Fleksibel. Jangan kaku, sesuaikan diri dengan situasi.

Aturan ini untuk menangani situasi kekuasaan, tetapi penting untuk mempertimbangkan konteks dan etika pribadi saat menerapkannya.

#copas

Jumat, 10 Mei 2024

7 Acuan dalam Menuntut Ilmu



7 Tahapan Mendalami Ilmu

Perbedaan sudut pandang dalam melihat satu permasalahan yang berdampak pada perbedaan kesimpulan sesungguhnya adalah sesuatu yang wajar terjadi.

Yang tidak wajar, dan tidak boleh dianggap biasa, adalah ketika perbedaan tersebut berdampak pada pengkafiran. Karena sesungguhnya dari ‘pengkafiran’ ke ‘pembunuhan’ hanya satu langkah.

*** 

Diantara penyebab sebagian orang begitu mudah melontarkan statement ‘kafir’, ‘murtad’, dan sebagainya adalah karena ilmu yang diperoleh tidak melalui tahapan-tahapan yang semestinya dilalui seorang pencari ilmu.

Dalam konteks ini, menarik untuk dicermati penjabaran Dr. Hamzah al-Bakri tentang apa saja tahapan dan langkah-langkah yang mesti ditempuh seorang penuntut ilmu.

Beliau menyebut ada tujuh langkah pokok :

Pertama, memberikan perhatian utama pada ilmu-ilmu alat

Kedua, bertahap dalam mempelajari berbagai level dalam satu cabang ilmu

Ketiga, memenuhi semua yang dituntut dalam setiap level tersebut

Keempat, bertahap ketika berpindah dari satu ilmu ke ilmu yang lain

Kelima, belajar di bawah bimbingan guru yang berkompeten dan menaiki tangga demi tangga keilmuan di bawah pengawasan mereka

Keenam, memiliki gambaran yang jelas dan lengkap terhadap setiap cabang ilmu dengan menguasai prinsip-prinsip dasarnya

Ketujuh, mempelajari ilmu-ilmu keislaman dengan pandangan yang komprehensif (menyeluruh dan saling menyempurnakan)

Lalu beliau memberikan satu contoh menarik.

Tafsir al-Quran, yang oleh sebagian orang dipandang sebagai sesuatu yang ‘mudah’, oleh para ulama dulu diletakkan di bagian ‘terakhir’ untuk dipelajari. Karena untuk memahami ayat demi ayat dalam al-Quran yang tentu mengandung berbagai dimensi keilmuan, seseorang mesti paham dulu ilmu alat dengan segala variannya, memahami ilmu fiqih untuk bisa memahami ayat-ayat ahkam, memahami ilmu ushul untuk bisa memahami dasar-dasar hukum dalam al-Quran dan seterusnya.

Karena itu, para ulama yang menulis tafsir, seperti Imam Baidhawi, Imam ar-Razi dan sebagainya, mereka menulis tafsir di akhir-akhir kehidupan mereka. 

Mereka baru ‘berani’ menafsirkan al-Quran setelah menguasai dan menulis berbagai bidang keilmuan; Ushul Fiqih, Fiqih, Ilmu Kalam dan sebagainya.

Ini berbanding terbalik dengan pembelajaran tafsir di masa ini yang rata-rata sudah dipelajari di tahun pertama belajar. Padahal ilmu alat untuk memahami kata demi kata dalam al-Quran belum dimiliki secara memadai, atau bahkan belum ada sama sekali.

Semoga hal ini menjadi perhatian bersama. 

والله أعلم وأحكم