-->
w
| Tentang | Ketentuan| Privacy & Policy | Disclaimer | | Alamat : Jalan Desa Harapan Sudirman No. 71A Duri Riau 28884 |
| ☎ Call / Chat Wa : 0853 6582 0822 | ✉ Email :admin@duririau.com |

Kami menjual Rumah Siap Huni, Kaplingan Strategis, juga menerima Borongan Bangunan




Harga Promo Khusus Member, Ayo bergabung, S & K Berlaku



Popular Post

Kamis, 27 Januari 2011

PELAJAR KOK TERORIS ? SEBERAPA BAHAYA DAN BUKTINYA ? ANEH....

 
PENJAHAT - PENJAHAT DI NEGERI INI SUNGGUH BANYAK..
YANG PALING BERBAHAYA ADALAH PENJAHAT BERDASI DAN MEMAKAI JAS...
MEREKALAH SESUNGGUHNYA " PARA PENJAHAT = TERORIS "
KESENGSARAAN DAN KEMISKINAN RAKYAT ADALAH ULAH MEREKA...
APALAGI YANG SUDAH NYATA " KASUS " MEREKA,
SEPERTI KASUS GAYUS DLL..
TAPI TIDAK PERNAH TERSENTUH HUKUM !!!
KASUS TERORIS DAN TERORISME YANG BANYAK DI-INDENTIKKAN DENGAN ISLAM SAMPAI SEKARANG HANYA SEPERTI PENGALIHAN " PERHATIAN PUBLIK "
DAN SEBENARNYA ADALAH REKAYASA THE REAL TERORIS YAKNI AMERIKA,
ANDA KURANG YAKIN ? LIHAT SAJA BAGAIMANA SEPAK TERJANG AMERIKA MEMBUNUH BANYAK WARGA SIPIL DI TIMUR TENGAH DLL, JUGA MEMBIARKAN ISRAEL MEMBANTAI WARGA PALESTINA...

 
PAGI itu, jarum jam menunjuk pukul 06.45. Suasana di SMKN 2 Klaten yang berlokasi di Desa Senden, Kecamatan Ngawen, tersebut tampak ramai oleh lalu lalang para pelajar. Terlihat dua petugas satpam sedang sibuk mengatur jalan yang menjadi tempat penyeberangan para siswa.

Setengah jam kemudian, suasana di sekolah tersebut sepi. Para pelajar sudah masuk ke kelas masing-masing. Itulah suasana di SMKN 2 Klaten kemarin (26/1). Nama SMKN 2 Klaten menjadi bahan perbincangan cukup hangat setelah sehari sebelumnya (25/1) tim Densus 88 menangkap tujuh orang yang diduga sebagai anggota komplotan teroris binaan Dr Azhari (gembong teroris asal Malaysia yang sudah tewas ditembak Densus 88).

Sebab, enam di antara tujuh pelaku yang ditangkap tersebut berasal dari sekolah menengah kejuruan itu. Di antara enam orang tersebut, berdasar penelusuran Radar Solo (Grop JPNN), tiga orang masih berstatus pelajar dan tiga lainnya alumnus.

Tiga yang masih berstatus pelajar itu adalah Joko Lelono, 19, jurusan teknik elektro; Arga Wiratama, 18, jurusan teknik mesin; serta Yuda Anggoro, 19, jurusan mekanik elektro. Tiga lainnya sudah alumnus. Mereka adalah Nugroho Budi Santoso, 20; Tri Budi Santosa, 20; dan Agung Jati Santoso, 21. Mereka berasal dari jurusan yang berbeda.

"Itu berdasar penelusuran kami terhadap buku induk siswa. Mereka yang masih pelajar sama-sama kelas IV dan merupakan teman seangkatan. Saat ini, mereka masih menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di Solo," jelas Kepala SMKN 2 Klaten Muhammad Soleh kepada Radar Solo di kantornya kemarin. "Kejadian ini membuat kami para guru sangat kaget dan shock," katanya.

Dia menambahkan, berdasar data nilai di kelas I, II, dan III, selama belajar di sekolah, tiga anak tersebut termasuk kategori cerdas. Nilai terendah di semua pelajaran adalah tujuh. Untuk pelajaran agama, nilai mereka memang cukup menonjol, yaitu delapan. Bahkan, ada yang hampir sembilan.

Soleh mengaku kecolongan atas adanya kejadian tersebut. Selama ini, sekolah sudah membebaskan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki di luar sekolah bagi siswa kelas IV. "Tapi, ternyata ada yang menyalahgunakan kesempatan itu. Apa yang menimpa mereka membuat kami seperti disambar petir. Selama bergaul dengan siswa lain, mereka itu baik dan pendiam," ungkapnya.

Saat ini, lanjut Soleh, sekolah terus berkoordinasi dengan Polres Klaten untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Terutama berkaitan dengan ancaman sanksi yang akan dijatuhkan kepada siswa tersebut. "Secara disiplin, jika benar-benar terlibat dalam organisasi terlarang (teroris), mereka akan dikenai sanksi berat. Apalagi sampai dinyatakan bersalah dan masuk penjara. Tentu akan dikenai skor 100. Artinya, mereka dikeluarkan secara tidak hormat," tegasnya.

Lebih lanjut Soleh menuturkan, sebelum sanksi dijatuhkan, sekolah akan terus berkoordinasi dengan polisi. Sekolah juga akan meminta bantuan polisi untuk memberikan sosialisasi kepada siswa agar berhati-hati dalam bergaul. "Memang, ini sedikit terlambat. Tapi, tidak ada salahnya juga kami minta bantuan kepada penegak hukum agar ke depan kasus serupa tidak terulang," ujarnya.

Joko Purnomo, guru agama di SMKN 2 Klaten, menambahkan, tiga siswa yang ditangkap Densus 88 itu (Joko Lelono, Arga Wiratama, dan Yuda Anggoro) termasuk siswa yang aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah yang bernama rohis. Bahkan, nilai mata pelajaran agama mereka cukup bagus. "Jadi, kami kaget saat mendapat kabar ada siswa sekolah ini yang ditangkap polisi. Selama ini, mereka tidak pernah memiliki pemikiran ekstrem terhadap ajaran agama," katanya.

Hal senada disampaikan mantan Ketua Rohis SMKN 2 Klaten Khabib Muzaki. Dia sering bergaul dengan Arga dan Joko Lelono. Namun, pergaulan tersebut sebatas kakak dan adik kelas. "Mas Joko itu humoris. Setiap kegiatan rohis selalu membantu. Jadi, kami sebagai adik kelas juga sangat kaget saat ada kabar dia terlibat jaringan seperti itu (teroris)," ungkapnya.

Selama mengikuti diskusi, Arga dan Joko tidak pernah menunjukkan pemikiran yang berbeda jauh dari pandangan siswa lainnya. Zaki mengenal Joko sebagai pribadi yang pendiam. Termasuk saat mengikuti diskusi.

Hal tersebut berbeda dari Arga. Siswa dari Desa Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah, tersebut lebih banyak terlibat dalam kepanitiaan kegiatan. Selama Zaki menjabat ketua rohis, hampir dua tahun Arga selalu minta ditempatkan di seksi perlengkapan.

"Kalau Mas Arga, jarang bicara namun banyak bekerja. Yang jelas, dia selalu terlibat dalam kegiatan yang diadakan rohis. Orangnya rajin membantu setiap even yang digelar," ujarnya.

Di bagian lain, Bupati Klaten Sunarna menuturkan, kasus yang menimpa siswa SMKN 2 Klaten itu harus menjadi pelajaran bagi seluruh sekolah. Terungkapnya kasus tersebut menunjukkan bahwa bahaya teroris berada di sekitar masyarakat. "Saya minta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk lebih waspada. Pengawasan terhadap anak, siswa, harus terus dilakukan. Pembinaan secara berkelanjutan tetap dilaksanakan sekolah," tegasnya.

Dia meminta perangkat desa melapor jika ada warga asing yang mencurigakan. Setiap pendatang baru yang menginap di rumah warga juga harus melapor kepada ketua RT setempat. "Ini menjadi bagian dari tugas seluruh masyarakat. Bukan hanya polisi. Semua wajib mengawasi dan membantu tugas kepolisian," katanya.

Sementara itu, hingga siang kemarin, lima lokasi penggerebekan terduga teroris masih dipasangi police line. Anggota Polres Klaten juga disiagakan untuk menjaga lokasi agar steril dari warga. Sebelumnya, tim Densus 88 menangkap tujuh terduga teroris di lima lokasi di Klaten. 

 
Sumber : JPPN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar