Meletusnya gerakan 30 september di jakarta, ternyata imbas yang
terjadi di daerah-daerah yang jaraknya beratus-ratus bahkan beribu-ribu
kilo meter dari jakarta jauh lebih mengerikan. Di daerah yang Kebanyakan
masyarakatnya tidak paham bahkan tidak tahu sama sekali apa yang
terjadi dijakarta waktu itu harus menanggung kesalahan yang tidak
mereka lakukan dan tidak mereka pahami. Tidak tanggung-tanggung nyawa,
martabat, harga diri, hak hidup dan kemerdekaan mereka diambil paksa
untuk jadi penebus sesuatu yang tidak pernah mereka tahu apalagi mereka
lakukan.
Dengan terbunuhnya 6 perwira tinggi militer, akhirnya Suharto mengambil alih kekuasaan angkatan bersenjata. Pada tanggal 2 Oktober 1965, Suharto menguasai militer . Suharto mengendalikan ibukota dan mulai melakukan kampanye hitam yang ditujukan kepada PKI. Provokasi, propaganda, fitnah dan isu menyesatkan dilakukan dengan gencar, dan berhasil meyakinkan orang-orang indonesia bahwa PKI adalah dalang dari peristiwa ini. Seruan pembersihan orang-orang PKI diseluruh Indonesia direspon sebagai "Seruan pembantaian" oleh masyarakat yang telah diliputi kebencian pada PKI akibat dari tindakan biadab provokativ militer Suharto. Seruan pembersihan atau tepatnya "Pesta kebiadaban Suharto"
dimulai pada bulan Oktober 1965 di jakarta, yang selanjutnya menyebar
ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, sumatera dan kalimantan. Berikut
beberapa fakta kelam sejarah Ephoria pembantaian yang dimotori oleh militer Suharto yang terjadi di bebrapa daerah di Indonesia.
PEMBANTAIAN DI KOTA SALIDO-PAINAN dan sekitarnya
Kota Salido-Painan, Dua kota kecil yang terletak di Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera barat. Ketika Rakyat Indonesia dikejutkan oleh
peristiwa 30 september 1965 yqng terjadi di jakarta, tidak ada
bentrokan, tidak ada yang namanya konflik horisontal. Semua hidup
tenang, rukun dan damai. Pemerintahan Kabupaten pesisir Selatan juga
berjalan dengan baik dan normal.
Namun keadaan berubah dan menjadi bertolak belakang ketika masyarakat
dikejutkan oleh kehadiran Komandan kodim painan, letkol Purnomo Sipur
yang menteror masyarakat kota painan dan sekitarnya. Pasukan kodim itu
dengan kejam dan brutal melakukan penangkapan atas beratus-ratus pemuka
masyarakat, rakyat dan ninik mamak di pesisir Selatan kerinci.
Beliau-beliau yang ditangkap digiring seperti menggiring ternak,
dimasukan ke dalam penjara-penjara dan dan digunduli. Sebagian disuntik
oleh dokter, yang adalah seorang
Wamilda (Wajib Militer darurat) dan dimuat ke sebuah dump truk yang
biasa digunakan untuk mengangkut sampah, tanah dan pecahan batu dan
dibawa ke bukit Pulai sekitar 10 km di luar kota Painan. Di sana, para
pemuka masyarakat yang dijubelkan dalam dump truk itu, dituangkan dari
dump truk seperti menuangkan sampah. Dan manusia-manusia yang
berjatuhan di belakang dump truk itu, atas perintah dan komando Letkol
Purnomo sipur, diberondong dengan senjata api. Jerit, pekik dan lolong
manusia-manusia yang tak berdosa, menyebut nama Allah, menggema dibukit
Pulai pada tanggal 9 Nopember 1965, Tubuh-tubuh korban secara paksa
dihabisi nyawanya itu bergelimpangan bermandi darah, diiringi dengan
sorak sorai dan tawa ria serdadu-serdadu brutal dan biadab pengikut jenderal suharto, dibawah komando Letkol. Purnomo sipur.
Syamsudin, seorang bekas
anggota Mobrig, ditangkap oleh moliter suharto. tangan dan kakinya
diikat pada dua buah pedati yang kemudian ditarik oleh dua ekor kerbau
dengan arah yang berlawanan. Tubuh Syamsudin hancur berkecai. Potongan
tubuhnya bertebaran dengan arah yang berserakan. Pesta ABRI yang brutal
dan biadab ini mereka lakukan di depan anak dan isteri syamsudin, yang
dipaksa untuk menyaksikan kebudayaan ABRI/Orde baru Suharto.
Nurhayani, seorang gadis
remaja yang baru tamat SMP, ditangkap karena menghalag-halangi Letkol.
Purnomo Sipur yang akan menagkap ayahnya. Perwira ABRI/Jenderal Suharto yang
gagah perkasa ini, Memasukan Nurhayani kedalam Karung dan mengikatnya
dan melemparkannya ke batang (sungai) Nilam air hadji. Para militer yng
hebat dan perkasa itu, tertawa terbahak-bahak, sambil minum air kelapa
muda, melihat karung yang berisi tubuh Nurhayani menggelepar-gelepar
dibawa arus air. setelah pahlawan-pahlawan Suharto itu berlalu,
keluarga dan sanak saudara Nurhayani, dengan raung tangis ,mengambil
mayatnya dari sungai Nilam dan mengebumikan sesuai adat istiadat
Minangkabau.
Berikut adalah sebagian nama-nama korban para pemuka masyarakat Saido-Painan yang menjadi korban kebiadaban Suharto
1.Ilyas Radjo Bungsu - Perintis Kemerdekaan R.I., Veteran Pejuang R.I. (ikutserta aktip mendirikan TNI dari BKR, TKR,
TP, dll. dalam proses perjuangan kemerdekaan R.I., dan pengisi kemerdekaan R.I.;
2.Muhammad Yunus - Veteran Pejuang R.I dan Pegawai Departemen Penerangan;
3.Hanif Yunus - Pelajar SMEA; - aktivis Pemuda dibidang Sastra dan Kesenian Rakyat;
4.Alimuddin - Guru Sekolah Rakyat
5.Rabaini - Veteran Pejuang R.I. dan Tua Kampung;
6.Rajab - Veteran Pejuang R.I. Tua Kampung -aktivis masyarakat untuk pembangunan dalam bentuk gotongroyong;
7.Yunus Djamil - Pengusaha /Koperasi Rakyat;
8.Syofyan - Pengusaha/Koperasi Perikanan;
9.Mali - Pengusaha/Pedagang hasil pertanian;
10.Ismail - Pengusaha/Perternakan;
11.Zubir - Pedagang hasil-hasil hutan;
12.Zaininar - Guru Sekolah Rakyat;
13.Maas - Petani;
14.Djamirus - Barisan Tani;
15.Saidinia Abbas - Pegawai departemen Penerangan,
16.Idris - Veteran pejuangnR.I,Sekretaris Subsekom PKI;
17.Rusli - Aktivis Buruh,
18.Ali Basril - Camat - Kecamatan Batangkas;
19.Mansyah - Pegawai Pajak;
20.Darusat - Urusan Kehutanan
21.Usman Latif - Aktivis urusan Pertanian
22.Syamsir Alam - Veteran Pejuang R.I.
23.Anas Hamid - Guru sekolah
24.Indra - Pegawai Camat-Tarusan;
25.Bachtiar - Pagawai Camat - Tarusan;
26.Imam Daralat - BTI
27.Wali Kadir - Wali Negeri/Lurah - Surantih
28.Jamirus - Pekerja/Buruh
29.Mansarudin - Aktivis Masyarakat kecamatan Kambang;
30.Sidi Salim - Aktivis Masyarakat kecamatan Kambang;
31.Nurdin - Aktivis masarakat dibidang pertanian daerah Kambang
32.Rahman - Pedagang
33.Agus Labak - pemuka masyarakat daerah Surantih,
34.Debok -
35. Cupu - Veteran Pejuang R.I., daerah kecamatan Air hadji
36. Ridwan Ber - kecamatan Indrapura,
37. Mansur K. - Kecamatan daerah Tapan
38. Rifai - daerah Lumpo
39. Lamid - daerah kecamatan Sungai Tunu;
40.Wali Gafar - Wali Negeri/Lurah kecamatan Sungai Tunu;
41.Nukman Jao - Pekerja kenegerian Sungai Tunu;
42.Aliudin - Pemuda Balai Selasa,
43. Palim - Pemuda Balaiselasa,
44.Ajis Jamin - Sekretaris Secom PKI Balaiselasa,
45. Nudar - dari BTI
46.Jirin - dari BTI
47.Halil Pasya - Anggota DPRD Painan
Beliau-beliau tersebut disiksa, digunduli, di suntik oleh seorang
DokterWamilda, dan dibawa dengan Dump Truck ke Bukit Pulai, sekitar 10
KM dari Kantor Kodim di Painan. Dan di bawah Komando Letkol.Purnomo
Sipur, pada Tanggal 9 November 1965, mereka dihabisi nyawanya.
Tahanan Politik yang mati dalam pemeriksaan/penyiksaan di KODIM-Painan, adalah:
1.Abbas Datuk Sati - Veteran Pejuang R.I.,Penghulku Adat, dari kelurahan Tambang,
2.Kasiran - Veteran Pejuang R.I.,Wali Negeri/Lurah negeri Salido,
3.Hamzah - Perintis Kemerdekaan, Veteran Pejuang R.I. Pengisi Kemerdekaan R.I., Pemuka Masyarakat Salido,
4.Buyung Tabing - Veteran Pejuang R.I.,Pegawai Perhutanan,
5.Kiram - Pegawai Departmen Penerangan - Balaiselasa,6.Baharudin - Balaiselasa
7.Djulis - Balaiselasa
8.Darmansyah - Balaiselasa
9.Idris - Guru Sekolah Rakyat/Anggota DPRD-Tarusan
10.Alam Samad - Veteran Pejuang R.I:, Pegawai Negeri, daerah Api-Api,
11.Mat Asin - dari Barisan Tani
12.Ali Asam - Putra Mat Asin
13.Mansur - Serikat Buruh,
Yang dibunuh dengan cara penyuntikan di Kantor KODIM adalah:
1. Hadji Sunar - Veteran Pejuang R.I. - Aktivis Organisasi Veteran,
2. Sabirudin - Guru Sekolah Rakyat, Aktivis Pemuda,
3 .Djamaan - Pengusaha,
4 .Mak Usir - Pengusaha Perikanan,
Sumber :
Sangat Banyak dan Dari Fakta Real Laporan Asli Masyarakat
Kebetulan Bapak Penulis dari Pesisir Selatan
http://arkeologi.web.id/articles/arkeologi-kesejarahan/56-supersemar-gambaran-besar-jiwa-bangsa-kerdil?start=5
http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20130930/soeharto-dan-peristiwa-g30s-1965.html
http://www.slideshare.net/UtjeGP/john-roosa-dalih-pembunuhan-massal-g30-s-kudeta-soeharto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar