Banyak lagi korban penggelapan yang masih mondar-mandir ke kantor itu. Namun harapan mereka untuk bisa mencari solusi kepada Kepala Samsat, pupus. “Apa kami harus marah-marah dulu di sini dan mengamuk-ngamuk? Tolonglah tanggung jawab sedikit, bukannya selalu menghilang. Masak setiap bulan STNK mobil kami harus ada cap perpanjangan, hukumnya di mana?” sesal Osman yang sudah menyetorkan uang pajak kendaraannya sebesar Rp1,7 juta.
Karena Kepala Samsat tidak berhasil ditemui, Osman menemui Baur STNK Aipda Manuasi. “Kami ingin penjelasan, Pak. Tapi kami dioper-oper. Disuruh datang sehari, atau dua hari lagi untuk menemui Kepala Samsat. Tapi setelah datang, dianya tak ada. Kalau seperti ini jangan salahkan kalau kami emosi Pak. Uang sudah disetorkan tapi disuruh setor lagi,” kesalnya.
Aipda Manuasi mengatakan, keluhan itu tidak hanya disampaikan satu atau dua korban, namun belasan orang. “Hampir setiap hari ada saja korban penggelapan pajak yang datang ke sini. Kita pun sudah jelaskan. Tapi permasalahan tidak berada di tangan kami. Tapi apa boleh buat karena Kepala Samsat tidak pernah ada, kami hanya bisa tampung keluhan masyarakat di sini,” jelasnya.
Diakui Manuasi, sulit menghadapi warga yang marah dengan kondisi ini. Tapi pihaknya cukup memaklumi emosi warga itu. “Seharusnya permasalahan tersebut tidak dihadapkan pada pihak Kepolisian yang ada di sini. Tapi pertanggungjawaban pemerintah yang kasusnya ada di tangan mereka. Sebisa kami tetap kami lakukan untuk menenangkan warga. Tapi kalau didesak warga, kami jelas tidak ada solusi,” keluhnya.
Sumber : Harian Haluan Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar