Mujahid pun merindukan anak-istrinya di rumah. Setelah sekian lama bersembunyi dan tak berjumpa, Abu Tholut -- mujahid Poso, Moro dan Afghanistan itu -- akhirnya menemui keluarganya di Desa Bae Pondok RT 04 RW 03, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tapi siapa nyangka, jejak Abu Tholut tercium Densus Anti Teror 88, hingga ia tertangkap Jumat (10/12/2010) pagi, pukul 08.30. Tanpa perlawanan yang berarti, Abu Tholut dipaksa menyerah dengan todongan senjata polisi.
Menurut saksi mata yang menyaksikan detik-detik penangkapan tersebut, terdengar lima kali suara tembakan. Kabarnya, kaki Abu Tholut tertembak saat Densus 88 melakukan penyergapan.
Informasi tertangkapnya Abu Tholut dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Ketut Untung Yoga Ana. Dari penangkapan dan penggeledahan disita 1 pucuk senjata jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgiun, berikut 1 magasin dan 22 butir peluru kaliber 9 mm. Konon, polisi juga menemukan dua buah amplop berwarna cokelat, bertuliskan "oretan" dan Majalah Anshorut Tauhid, ditujukan kepada Ustadz Abu Tholut.
Namun hingga saat ini Kapolri Komjen Timur Pradopo belum bersedia memberi keterangan pers lebih lanjut ihwal kabar tertangkapnya Abu Tholut. Kapolri meminta wartawan untuk bersabar. Saatnya akan diinformasikan.
Seperti diketahui, Mantan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) sempat menyebut Abu Tholut alias Mustofa sebagai salah satu tokoh sentral aksi terorisme di Indonesia. BHD juga menuduh Abu Tholut otak perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada 18 Agustus lalu, hingga ia ditetapkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Nama Abu Tholut disebut-sebut oleh para tersangka perampokan yang ditangkap polisi di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Selain dituding menggerakkan pelatihan militer di Aceh, Abu Tholut, juga dikaitkan dengan penyerangan dan penembakan tiga polisi di Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Kelompok Abu Tholut juga dituduh memiliki target mengambil alih kekuasaan negara.
Menurut sumber terpecaya Arrahmah.com, tidak benar jika Abu Tholut melakukan aksi perampokan Bank CIMB Niaga Medan. "Bohong, jika Abu Tholut melakukan perampokan. Itu adalah rekayasa polisi belaka untuk menyeret Abu Tholut sebagai tersangka," kata sumber tadi.
RIWAYAT ABU THOLUT VERSI POLISI
Dalam catatan polisi, Abu Tholut punya banyak nama, seperti Mustofa alias Muhammad Imron Baihaqi alias Pranata Yuda alias Herman. Abu Tholut bukanlah tokoh baru dalam berbagai aksi jihad dan menjadi salah satu pimpinan Jamaah Islamiyah. Sejak 1987, Abu Tholut masuk kamp militer di Afganistan selama dua tahun atas sepengetahuan Ketua Jamaah Islamiyah (JI) Abdullah Sungkar di Malaysia.
Tahun 1989 Abu Tholut kembali ke Indonesia. Empat tahun kemudian (1993), ia menjadi anggota Jamaah Islamiyah. Tahun 1995, ia diminta Abdullah Sungkar menjajaki kamp pelatihan di Moro, Filipina. Perjalanan jihad Abu Tholut berikutnya diangkat sebagai Mantiqi III Jamaah Islamiyah yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina Selatan (1997). Selanjutnya, tahun 1999, Abu Tholut berjihad ke Moro selama delapan bulan. Tahun 2000, ia kembali ke Indonesia. Setahun kemudian (2001), ia berjihad di bumi Poso.
USTADZ ABU THOLUT BERDAGANG PUPUK
Sejak keluar dari penjara, Abu Tholut, ayah tujuh anak ini mencoba untuk berwiraswasta. Di antaranya, ia berdagang sandal, pupuk hewan, dan lain-lain. Menurut penuturan adik perempuan Abu Tholut, Kusniati, abangnya kerap menjadi buah kekhawatiran sang isteri.
Isteri Abu Tholut, Fathatun, merasakan trauma yang begitu dalam pasca penangkapan suaminya pada tahun 2003 lalu. Setiap kali ada berita penangkapan teroris, isteri Abu Tholut selalu kontak Kusniati tentang keberadaan suaminya.
Mendapati kekhawatiran itu, Abu Tholut selalu meyakinkan isterinya bahwa ia masih sibuk dalam wiraswasta pupuknya. Tapi, kekhawatiran sang isteri akhirnya meledak ketika beberapa bulan lalu, diberitakan bahda Densus 88 menembak dua tersangka teroris, yang satu di antaranya berinisial M (Mustofa). Ternyata, polisi meralat pemberitaan itu. Dan, isteri Abu Tholut pun berhasil diyakinkan sang adik. Sang adik diminta isteri Abu Tholut untuk mengecek nasib abangnya di kantor polisi.
Abu Tholut memang pernah ditangkap semasa Jenderal Pol Da'i Bachtiar menjabat Kapolri. Didampingi Kapolda Jateng Irjen Pol Didi Widayadi, polisi memimpin penggeledahan rumah di Semarang. Menurut Polda, temuan ini yang pertama kali dan terbesar. Termasuk temuan dua ton bahan peledak dan ratusan pucuk senjata. Polisi pun menyatakan bahwa temuan besar itu adalah buah dari pengakuan seorang tersangka yang bernama Mustofa, alias Pranata Yuda, alias Abu Tholut.
Di pengadilan Jakarta Timur, Abu Tholut dinyatakan tidak terbukti sebagai pelaku teroris. Dia hanya terjerat sangkaan kepemilikan senjata api secara ilegal. Pada tanggal 11 Mei 2004, hakim memutuskan vonis penjara delapan tahun untuk Abu Tholut dipotong masa tahanan. Tapi, Abu Tholut didampingi pengacaranya melakukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Namun permintaan bandingnya ditolak. Pada 9 Agustus 2004, Abu Tholut resmi menjadi penghuni LP Cipinang.
Karena berkelakuan baik selama dalam penjara, Abu Tholut beberapa kali dapat remisi atau potongan masa tahanan. Total remisi sekitar enam tahun. Akhirnya, pada 27 Agustus 2007, Abu Tholut dibebaskan bersyarat. Ia bebas berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor XVI.4100.PK.04.05 THN 2007, tertanggal 13 Agustus 2007.
Isteri Abu Tholut, Fathatun, merasakan trauma yang begitu dalam pasca penangkapan suaminya pada tahun 2003 lalu. Setiap kali ada berita penangkapan teroris, isteri Abu Tholut selalu kontak Kusniati tentang keberadaan suaminya.
Mendapati kekhawatiran itu, Abu Tholut selalu meyakinkan isterinya bahwa ia masih sibuk dalam wiraswasta pupuknya. Tapi, kekhawatiran sang isteri akhirnya meledak ketika beberapa bulan lalu, diberitakan bahda Densus 88 menembak dua tersangka teroris, yang satu di antaranya berinisial M (Mustofa). Ternyata, polisi meralat pemberitaan itu. Dan, isteri Abu Tholut pun berhasil diyakinkan sang adik. Sang adik diminta isteri Abu Tholut untuk mengecek nasib abangnya di kantor polisi.
Abu Tholut memang pernah ditangkap semasa Jenderal Pol Da'i Bachtiar menjabat Kapolri. Didampingi Kapolda Jateng Irjen Pol Didi Widayadi, polisi memimpin penggeledahan rumah di Semarang. Menurut Polda, temuan ini yang pertama kali dan terbesar. Termasuk temuan dua ton bahan peledak dan ratusan pucuk senjata. Polisi pun menyatakan bahwa temuan besar itu adalah buah dari pengakuan seorang tersangka yang bernama Mustofa, alias Pranata Yuda, alias Abu Tholut.
Di pengadilan Jakarta Timur, Abu Tholut dinyatakan tidak terbukti sebagai pelaku teroris. Dia hanya terjerat sangkaan kepemilikan senjata api secara ilegal. Pada tanggal 11 Mei 2004, hakim memutuskan vonis penjara delapan tahun untuk Abu Tholut dipotong masa tahanan. Tapi, Abu Tholut didampingi pengacaranya melakukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Namun permintaan bandingnya ditolak. Pada 9 Agustus 2004, Abu Tholut resmi menjadi penghuni LP Cipinang.
Karena berkelakuan baik selama dalam penjara, Abu Tholut beberapa kali dapat remisi atau potongan masa tahanan. Total remisi sekitar enam tahun. Akhirnya, pada 27 Agustus 2007, Abu Tholut dibebaskan bersyarat. Ia bebas berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor XVI.4100.PK.04.05 THN 2007, tertanggal 13 Agustus 2007.
Nasir Abas yang mengaku pernah menjadi murid Abu Tholut saat berjihad di Afghan dan Moro, merasa heran dengan kembalinya Tholut ke kediamannnya di Kudus. "Mungkin Tholut sudah kelelahan. Apa yang dilakukannya seperti bunuh diri, apalagi ia kembali ke rumahnya di Kudus," kata Nasir.
Dikatakan Nasir, Abu Tholut pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992. Dia juga aktif di Mindanao, Filipina, dan pernah menjadi pemimpin camp di Filipina pada 1999-2000. Abu Tholut juga pernah menjadi Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah di Poso (2000-2002), sebelum kemudian diserahkan kepada Nasir Abas, yang kini menjadi pengamat terorisme. Abu Tholutlah orang yang melaporkan kepada Abu Bakar Baa'syir siapa saja yang lulus dalam pelantikan JI.
Masih kata Nasir Abbas, Abu Tholut juga dinilai memiliki keahlian berbahaya lebih daripada Dulmatin ataupun Noordin M Top. Dengan pengalamannya, Abu Tholut pernah membangun laboratorium bom. Pada tahun 2003 dia pernah disergap di Semarang dan telah memiliki laboratorium bom. Dia juga saat itu diketahui memiliki senjata M 16.
Pada 8 Juli 2003 Abu Tholut ditangkap di rumahnya, Perumahan Permata Hijau Permai Blok F-11 No 16 RT 07 RW 18, Kelurahan Kali Abang Tengah, Bekasi Utara, atas kepemilikan senjata api yang disimpan di Bekasi dan Semarang.
Di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Abu Tholut divonis 8,5 tahun penjara (11 Mei 2004). Selanjutnya, 9 Agustus 2004, ia menghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang karena bandingnya ditolak Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Tapi kemudian Abu Tholut dibebaskan bersyarat setelah mendapat remisi (27 Agustus 2007) hingga empat tahun.
Kabarnya, Abu Tholut sudah dibawa menuju Jakarta. Namun belum diketahui keberadaannya, apakah ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok atau Mabes Polri.
VERSI LAIN BERITA
Tadi pagi (10/12/10), Mustofa alias Abu tholut yang selama ini menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) dan dikait-kaitkan dengan pelatihan militer di Aceh, ditangkap tanpa perlawanan di Kudus. Namun hingga kini polisi mengklaim masih menyelidiki keterkaitannya dengan "terorisme".
"Yang ditangkap DPO teroris atas nama Mustofa alias Pranata Yuda alias Imron Baihaki, alias Abu Tholut, pukul 08.30 WIB. Ditangkap di rumahnya bersama istrinya," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah, AKBP Djihartono, saat dihubungi wartawan, Jumat (10/12).
Tim Densus menangkap Abu Tholut saat berada di RT.4 RW.III, Desa Bae Pondok, Kecamatan Bae, Kudus, Jawa Tengah. Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono menjelaskan lokasi penangkapan adalah rumah istri Abu Tholut.
"Ditangkap di kamar rumahnya, engga ada perlawanan," ujarnya pada Jumat (10/12) seperti yang dilansir Viva News.
Abu Tholut dilaporkan pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992. Dia juga aktif di Mindanao, Filipina, dan pernah menjadi pemimpin kamp di Filipina pada 1999-2000.
Abu Tholut juga pernah menjadi Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah di Poso (2000-2002), sebelum kemudian diserahkan kepada Nasir Abas, yang kini menjadi mantan mujahid.
SENJATA API DAN PELURU
Bersama dengan penangkapannya, polisi mengklaim mereka menyita senjata api jenis FN juga puluhan peluru.
"Bersama tersangka juga diamankan senjata api jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgia, satu magasin, dan 22 butir peluru kaliber 9 mm. Saat ini masih dilakukan pengembangan lapangan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Ketut Untung Yoga Ana Jumat siang.
Laporan media-media lokal mengatakan bahwa Abu Tholut akan dibawa ke Jakarta sore ini untuk dilakukan pemeriksaan.
"Sore ini akan tiba di Jakarta, karena tim sedang dalam perjalanan," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar
RUMAH ABU THOLUT
Letak rumah terduga Abu Thalut, 50, yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, di Dukuh Bae Pondok, RT 4/III, Desa Bae, Kecamatan Bae, sangatlah strategis untuk bersembunyi. Hal itu dikarenakan, letak rumah yang belakangnya kebun dan sebelah kirinya sungai, membuat rumah tersebut tidak mudah dijangkau oleh orang awam.
Berdasarkan pengamatan di lokasi kejadian, rumah terduga diapit oleh tiga rumah saudara iparnya, Yakni, rumah Mustaqin (depan), rumah Yasin (samping kanan), dan Zahid (samping kanan), dan dibelakangnya adalah kebun. Sehingga, jarang diketahui masyarakat awam apabila tidak benar-benar sengaja mendatangi rumah terduga.
Rumah yang mempunyai ukuran cukup luas, dengan tembok bercat putih, serta berlantai keramik warna hijau, sebelumnya tidak pernah menjadi sorotan warga. Namun, sejak setahun terakhir, rumah tersebut mulai sering didatangi warga, dan juga dimata-matai petugas, khususnya Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Su'udi, 42, warga Dukuh setempat saat ditemui Radar Kudus, di TKP kemarin menuturkan, Dukuh Bae Pondok, Desa Bae, merupakan Dukuh paling ujung alias perbatasan, yang menghubungkan antara Desa Bae, Kecamatan Bae, dengan Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. "Dukuh kami merupakan dukuh terakhir di Desa Bae, dan Kecamatan Bae. Karena, disebelah utara dukuh kami, ada jalan tenggangan sepanjang 2 kilometer, yang kanan kirinya adalah sawah dan kebun," ujarnya.
Setelah itu, lanjutnya, apabila keutara lagi, sudah masuk di Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. "Masyarakat umum memang jarang yang lewat dijalan ini, kecuali masyarakat sekitar. Karena kebanyakan masyarakat umum seringnya, lewat jalan Kudus-Colo," bebernya. Dari jalan Raya Kudus-Colo, Dukuh tersebut harus masuk jalan sempit yang mempunyai lebar jalan dua meter, kearah Barat kurang lebih sepanjang 1,5 kilometer. Tepatnya, disebelah baratnya Kantor PDAM unit Produksi.
Su'udi mengakui, akhir-akhir ini banyak sekali warga yang tidak dikenal sering mendatangi dukuhnya. "Kadang ada orang yang sengaja mondar-mandir tidak jelas disekitar sini. Namun, saya tidak tahu apakah itu petugas atau bukan. Yang jelas, seringnya berpakaian layaknya preman," ungkapnya. Sementara itu, Kapolres Kudus, AKBP R. Slamet Santoso, kepada Radar Kudus, kemarin mengungkapkan akan tetap menempatkan petugas di Dukuh tersebut untuk menjaga TKP. "Anggota tetap kami siagakan untuk mengamankan lokasi TKP, hingga batas waktu yang diperlukan," ujarnya.
Untuk personil yang ditempatkan dilokasi pengamanan, jelasnya, sesuai dengan kebutuhan. "Petugas yang kami tempatkan ada yang berpakaian Dinas Kepolisian. Dan ada juga yang berpakaian preman, dengan sistem keamanan terbuka dan tertutup," bebernya. Pengamanan di TKP itu, lanjutnya, bertujuan untuk menjaga lokasi agar tetap kondusif, aman, dan terkendali. "kami akan mengamankan TKP hingga minimal sampai tahun baru nanti," paparnya.
Sedangkan, untuk antisipasi masuknya teroris di Kabupaten Kudus, Polres Kudus mulai mendata seluruh kos-kosan yang ada. Selain itu, menggerakkan Polmas (Polisi Masyarakat) diseluruh Desa di Kabupaten Kudus. "Kami juga berharap kepada seluruh ketua RT dan RW, agar mendata warganya dengan cermat dan teliti. Terutama bagi warga pendatang untuk secepatnya mengurus administrasi kependudukan, seperti KK, dan KTP," jelasnya.Pihaknya juga berharap, agar masyarakat segera melaporkan kepada pihak yang berwajib, apabila terdapat hal-hal yang mencurigakan dilingkungan sekitarnya.
Kronologis penangkapan Orang yang Diduga Abu Tholut
-Sekitar pukul 08.00 tiba-tiba sekelompok orang dengan berpakaian preman datang di Dukuh Bae Pondok RT 4/III dengan mengendarai 7 sepeda motor dan 3 mobil kijang. Jumlahnya mencapai puluhan.
-Mereka langsung menyuruh tetangga sekitarnya untuk masuk ke dalam rumah masing-masing.
-Beberapa menit kemudian, terdengar suara tembakan sebanyak lima kali dari lokasi rumah yang digerebek, yakni rumah milik Fatchatun alias Zumaroh (istri yang diduga sebagai Abu Tholut).
-Sekitar pukul 08.30, sekelompok orang yang kemudian diketahui sebagai anggota Densus 88, itu kemudian membawa Abu Tholut.
-Saat dibawa tim Densus 88, tetangga istri yang diduga Abu Tholut mengatakan bahwa kaki Abu Tholut pincang.
-Abu Tholut tidak melakukan perlawanan yang berarti kepada petugas. Sedangkan, untuk barang bukti yang dibawa petugas, di antaranya adalah sepucuk senjata jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgia, dan satu magazin, serta 22 butir peluru kaliber 9 mm. Di Teras rumahnya pun juga ditemukan sepucuk amplop berukuran kertas HVS, dengan tulisan kepada Ustadz Abu Thaluth (cetakan print out) dipojok kiri atas dan di bawah kanannyanya terdapat tulisan Majalah Ansharut Tauhid, jalan Cemani-Batik Keris No.88 Cemani grogol Sukoharjo, telp 0271-2167285 (cetakan print out), serta di tengah-tengahnya, terdapat tulisan tangan kumpulan coret-coretan meringkas kitab al Umdah Abdul Qodir Abdul Aziz.
PIHAK KEPOLISIAN TELAH BOHONG TIDAK MENEMBAK ABU THOLUT
Sumber: Dari berbagai sumber
"Yang ditangkap DPO teroris atas nama Mustofa alias Pranata Yuda alias Imron Baihaki, alias Abu Tholut, pukul 08.30 WIB. Ditangkap di rumahnya bersama istrinya," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah, AKBP Djihartono, saat dihubungi wartawan, Jumat (10/12).
Tim Densus menangkap Abu Tholut saat berada di RT.4 RW.III, Desa Bae Pondok, Kecamatan Bae, Kudus, Jawa Tengah. Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono menjelaskan lokasi penangkapan adalah rumah istri Abu Tholut.
"Ditangkap di kamar rumahnya, engga ada perlawanan," ujarnya pada Jumat (10/12) seperti yang dilansir Viva News.
Abu Tholut dilaporkan pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992. Dia juga aktif di Mindanao, Filipina, dan pernah menjadi pemimpin kamp di Filipina pada 1999-2000.
Abu Tholut juga pernah menjadi Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah di Poso (2000-2002), sebelum kemudian diserahkan kepada Nasir Abas, yang kini menjadi mantan mujahid.
SENJATA API DAN PELURU
Bersama dengan penangkapannya, polisi mengklaim mereka menyita senjata api jenis FN juga puluhan peluru.
"Bersama tersangka juga diamankan senjata api jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgia, satu magasin, dan 22 butir peluru kaliber 9 mm. Saat ini masih dilakukan pengembangan lapangan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Ketut Untung Yoga Ana Jumat siang.
Laporan media-media lokal mengatakan bahwa Abu Tholut akan dibawa ke Jakarta sore ini untuk dilakukan pemeriksaan.
"Sore ini akan tiba di Jakarta, karena tim sedang dalam perjalanan," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar
RUMAH ABU THOLUT
Letak rumah terduga Abu Thalut, 50, yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, di Dukuh Bae Pondok, RT 4/III, Desa Bae, Kecamatan Bae, sangatlah strategis untuk bersembunyi. Hal itu dikarenakan, letak rumah yang belakangnya kebun dan sebelah kirinya sungai, membuat rumah tersebut tidak mudah dijangkau oleh orang awam.
Berdasarkan pengamatan di lokasi kejadian, rumah terduga diapit oleh tiga rumah saudara iparnya, Yakni, rumah Mustaqin (depan), rumah Yasin (samping kanan), dan Zahid (samping kanan), dan dibelakangnya adalah kebun. Sehingga, jarang diketahui masyarakat awam apabila tidak benar-benar sengaja mendatangi rumah terduga.
Rumah yang mempunyai ukuran cukup luas, dengan tembok bercat putih, serta berlantai keramik warna hijau, sebelumnya tidak pernah menjadi sorotan warga. Namun, sejak setahun terakhir, rumah tersebut mulai sering didatangi warga, dan juga dimata-matai petugas, khususnya Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Su'udi, 42, warga Dukuh setempat saat ditemui Radar Kudus, di TKP kemarin menuturkan, Dukuh Bae Pondok, Desa Bae, merupakan Dukuh paling ujung alias perbatasan, yang menghubungkan antara Desa Bae, Kecamatan Bae, dengan Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. "Dukuh kami merupakan dukuh terakhir di Desa Bae, dan Kecamatan Bae. Karena, disebelah utara dukuh kami, ada jalan tenggangan sepanjang 2 kilometer, yang kanan kirinya adalah sawah dan kebun," ujarnya.
Setelah itu, lanjutnya, apabila keutara lagi, sudah masuk di Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. "Masyarakat umum memang jarang yang lewat dijalan ini, kecuali masyarakat sekitar. Karena kebanyakan masyarakat umum seringnya, lewat jalan Kudus-Colo," bebernya. Dari jalan Raya Kudus-Colo, Dukuh tersebut harus masuk jalan sempit yang mempunyai lebar jalan dua meter, kearah Barat kurang lebih sepanjang 1,5 kilometer. Tepatnya, disebelah baratnya Kantor PDAM unit Produksi.
Su'udi mengakui, akhir-akhir ini banyak sekali warga yang tidak dikenal sering mendatangi dukuhnya. "Kadang ada orang yang sengaja mondar-mandir tidak jelas disekitar sini. Namun, saya tidak tahu apakah itu petugas atau bukan. Yang jelas, seringnya berpakaian layaknya preman," ungkapnya. Sementara itu, Kapolres Kudus, AKBP R. Slamet Santoso, kepada Radar Kudus, kemarin mengungkapkan akan tetap menempatkan petugas di Dukuh tersebut untuk menjaga TKP. "Anggota tetap kami siagakan untuk mengamankan lokasi TKP, hingga batas waktu yang diperlukan," ujarnya.
Untuk personil yang ditempatkan dilokasi pengamanan, jelasnya, sesuai dengan kebutuhan. "Petugas yang kami tempatkan ada yang berpakaian Dinas Kepolisian. Dan ada juga yang berpakaian preman, dengan sistem keamanan terbuka dan tertutup," bebernya. Pengamanan di TKP itu, lanjutnya, bertujuan untuk menjaga lokasi agar tetap kondusif, aman, dan terkendali. "kami akan mengamankan TKP hingga minimal sampai tahun baru nanti," paparnya.
Sedangkan, untuk antisipasi masuknya teroris di Kabupaten Kudus, Polres Kudus mulai mendata seluruh kos-kosan yang ada. Selain itu, menggerakkan Polmas (Polisi Masyarakat) diseluruh Desa di Kabupaten Kudus. "Kami juga berharap kepada seluruh ketua RT dan RW, agar mendata warganya dengan cermat dan teliti. Terutama bagi warga pendatang untuk secepatnya mengurus administrasi kependudukan, seperti KK, dan KTP," jelasnya.Pihaknya juga berharap, agar masyarakat segera melaporkan kepada pihak yang berwajib, apabila terdapat hal-hal yang mencurigakan dilingkungan sekitarnya.
Kronologis penangkapan Orang yang Diduga Abu Tholut
-Sekitar pukul 08.00 tiba-tiba sekelompok orang dengan berpakaian preman datang di Dukuh Bae Pondok RT 4/III dengan mengendarai 7 sepeda motor dan 3 mobil kijang. Jumlahnya mencapai puluhan.
-Mereka langsung menyuruh tetangga sekitarnya untuk masuk ke dalam rumah masing-masing.
-Beberapa menit kemudian, terdengar suara tembakan sebanyak lima kali dari lokasi rumah yang digerebek, yakni rumah milik Fatchatun alias Zumaroh (istri yang diduga sebagai Abu Tholut).
-Sekitar pukul 08.30, sekelompok orang yang kemudian diketahui sebagai anggota Densus 88, itu kemudian membawa Abu Tholut.
-Saat dibawa tim Densus 88, tetangga istri yang diduga Abu Tholut mengatakan bahwa kaki Abu Tholut pincang.
-Abu Tholut tidak melakukan perlawanan yang berarti kepada petugas. Sedangkan, untuk barang bukti yang dibawa petugas, di antaranya adalah sepucuk senjata jenis FN kaliber 9 mm buatan Belgia, dan satu magazin, serta 22 butir peluru kaliber 9 mm. Di Teras rumahnya pun juga ditemukan sepucuk amplop berukuran kertas HVS, dengan tulisan kepada Ustadz Abu Thaluth (cetakan print out) dipojok kiri atas dan di bawah kanannyanya terdapat tulisan Majalah Ansharut Tauhid, jalan Cemani-Batik Keris No.88 Cemani grogol Sukoharjo, telp 0271-2167285 (cetakan print out), serta di tengah-tengahnya, terdapat tulisan tangan kumpulan coret-coretan meringkas kitab al Umdah Abdul Qodir Abdul Aziz.
PIHAK KEPOLISIAN TELAH BOHONG TIDAK MENEMBAK ABU THOLUT
Pengakuan pihak kepolisian bahwa tidak ada penembakan saat Densus 88 menangkap Abu Tholut, dibantah oleh pihak keluarga Abu Tholut.
Kepada tim pembela muslim (TPM) yang ditunjuk sebagai penasihat hukum Mustofa (nama lain Abu Tholut), istri Abu Tholut mengaku suaminya itu ditembak sebanyak dua kali oleh Densus 88 Anti Teror.
Koordinator TPM Achmad Michdan, mengutip keterangan istri Abu Tholut, berkisah Kamis malam (9/12/2010) sekitar pukul 20.00 Wib, Abu Tholut tiba di rumahnya di daerah Kudus. Seperti kebanyakan aktivitas manusia pada umumnya, Abu Tholut pun lalu menghabiskan waktu dengan beristirahat sepanjang malam hingga pagi.
Jumat pagi, Tholut pun melaksanakan aktivitas keseharian mayoritas umat umumnya saat mengawali pagi, yaitu mandi. "Waktu itu Abu Tholut sedang mandi di kamar mandi," ujar Michdan, Jumat (10/12/2010). Istri dan mertua Abu Tholut ada di depan rumah.
Dua anggota Densus 88 pun mendekat ke rumah. Namun tak seperti umumnya orang bertamu, Densus tak menyapa dan berkomunikasi dengan mertua dan istri Tholut yanga da di depan. Densus menurut Michdan seakan mengabaikan kedua makhluk tersebut. Laiknya maling, Densus pun tak minta izin kala menyatroni ke dalam rumah, mencari sosok Tholut.
Sekelabat kemudian, dua kali suara tembakan terdengar dari tempat Abu Tholut membasuh diri. "Kemudian Abu Tholut dipapah oleh dua orang Densus tersebut keluar lewat pintu belakang ke luar rumah," tutur Michdan.
Menurut Michdan, informasi yang berhasil didapatnya dari keluarga dan warga sekitar kejadian, saat dipapah, kaki Tholut dalam keadaan terluka. Untuk menelusuri fakta sebenarnya di balik penangkapan terhadap Abu Tholut, Michdan mengaku TPM sudah mengirimkan satu timnya ke lokasi kejadian.
"Kita kirim untuk investigasi yang sebenarnya," katanya. Investigasi, lanjut Michdan, juga dimaksudkan untuk mencari tahu apakah benar Abu Tholut membawa senjata FN beserta magazen dan beberapa peluru kaliber 9 milimeter saat ditangkap, seperti yang disebutkan Polri pada Jumat (10/12)
Kepada tim pembela muslim (TPM) yang ditunjuk sebagai penasihat hukum Mustofa (nama lain Abu Tholut), istri Abu Tholut mengaku suaminya itu ditembak sebanyak dua kali oleh Densus 88 Anti Teror.
Koordinator TPM Achmad Michdan, mengutip keterangan istri Abu Tholut, berkisah Kamis malam (9/12/2010) sekitar pukul 20.00 Wib, Abu Tholut tiba di rumahnya di daerah Kudus. Seperti kebanyakan aktivitas manusia pada umumnya, Abu Tholut pun lalu menghabiskan waktu dengan beristirahat sepanjang malam hingga pagi.
Jumat pagi, Tholut pun melaksanakan aktivitas keseharian mayoritas umat umumnya saat mengawali pagi, yaitu mandi. "Waktu itu Abu Tholut sedang mandi di kamar mandi," ujar Michdan, Jumat (10/12/2010). Istri dan mertua Abu Tholut ada di depan rumah.
Dua anggota Densus 88 pun mendekat ke rumah. Namun tak seperti umumnya orang bertamu, Densus tak menyapa dan berkomunikasi dengan mertua dan istri Tholut yanga da di depan. Densus menurut Michdan seakan mengabaikan kedua makhluk tersebut. Laiknya maling, Densus pun tak minta izin kala menyatroni ke dalam rumah, mencari sosok Tholut.
Sekelabat kemudian, dua kali suara tembakan terdengar dari tempat Abu Tholut membasuh diri. "Kemudian Abu Tholut dipapah oleh dua orang Densus tersebut keluar lewat pintu belakang ke luar rumah," tutur Michdan.
Menurut Michdan, informasi yang berhasil didapatnya dari keluarga dan warga sekitar kejadian, saat dipapah, kaki Tholut dalam keadaan terluka. Untuk menelusuri fakta sebenarnya di balik penangkapan terhadap Abu Tholut, Michdan mengaku TPM sudah mengirimkan satu timnya ke lokasi kejadian.
"Kita kirim untuk investigasi yang sebenarnya," katanya. Investigasi, lanjut Michdan, juga dimaksudkan untuk mencari tahu apakah benar Abu Tholut membawa senjata FN beserta magazen dan beberapa peluru kaliber 9 milimeter saat ditangkap, seperti yang disebutkan Polri pada Jumat (10/12)
Sumber: Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar